1.
Sukanto Tanoto
Jagat Biografi, Sukanto Tanoto Biografi
- Pengusaha Sukses dari Indonesia - Sukanto Tanoto yang terlahir dengan nama
Tan Kang Hoo merupakan seorang pengusaha atau konglomerat sukses asal Indonesia
yang pada tahun 2006 di tasbihkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya di
Indonesia, ia memimpin perusahaan yang bernama PT Raja Garuda Mas yang berbasis
di Singapura yang usahanya di berbagai sektor terutama disektor kertas dan
kelapa sawit sehingga Sukanto Tanoto dijuluki sebagai Si Raja Kertas dan Kelapa
Sawit. Ia merupakan salah satu pengusaha yang berhasil berinvestasi di lebih
dari sepuluh negara di Dunia. Sukanto Tanoto dilahirkan di Belawan, Sumatera
Utara, 25 Desember 1949. Ia mengenyam pendidikan SD di Belawan pada tahun 1960
dan kemudian Masuk SMP di medan pada tahun 1963. Pada usia 12 tahun Sukanto
Tanoto sudah gemar membaca apa saja, termasuk buku tentang revolusi Amerika dan
Perang Dunia
Pindah dari kota kelahirannya, Belawan,
Sumatra Utara, ke Medan, ia juga berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha
itu menjadi general contractor & supplier. Suatu ketika, datang Sjam,
seorang pejabat Pertamina dari Aceh. “Waktu itu saya tidak tahu kalau dia
pejabat,” kenang Sukanto. Ditawari kerja sama pekerjaan kontraktor, “Ya,
mau-mau saja, wong saya masih muda,” ujarnya. Tak disia-diakan kesempatan itu,
di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto membangun rumah, memasang AC,
pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di Prapat. “Itulah technical school
saya,” katanya. Untuk mencari bahan bangunan, ia sampai pergi Sumbawa, Lampung,
pada usia 20 tahun.
Pandai melihat peluang, waktu impor kayu
lapis dari Singapura menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan
kayu, CV Karya Pelita, 1972. “Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor
kayu lapis” ujarnya. “Saya itu pioner,” katanya. Di saat orang lain belum
membuat kayu lapis, ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya
menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu
lapis bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa,
Inggris, dan Timur Tengah.
“Strategy competition saya itu satu dua
step sebelum orang mengerjakannya,” ungkapnya. Ketika belum ada orang membuka
perkebunan swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing,
di Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.
“Setelah itu baru kita bikin Indorayon,”
tuturnya. PT Inti Indorayon Utama (IIU) yang bergerak di bidang reforestation
menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu memasok bibit unggul pohon
pembuat pulp di dalam negeri. Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan
aktivis lingkungan hidup. Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh
limbah pulp. Akibatnya, IIU sempat ditutup.
Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar
dari kesalahan, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Apa yang saya
pelajari dari situ (Indorayon), lalu saya pakai di Riau,” ujarnya. Di Riau, ia
membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar
di dunia, PT Riau Pulp. Mulai berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001.
Di sekitar pabriknya, bersama lembaga swadaya masyarakat, Sukanto membuat
program community development untuk penduduk setempat. “Saya tidak kasih ikan,
tapi saya ajari mancing, itu yang kita kerjakan,” tuturnya. Antara lain,
program community development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan
pertanian. “Mimpi saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi
miliader, saya senang,” katanya lagi.
Baginya bisnis adalah mengembangkan
sumberdaya yang ada, responsif terhadap sesuatu hal, konsisten dan bertanggung
jawab untuk kehidupan yang lebih baik. Prinsip dan nilai yang ia junjung kuat
antara lain "Continous Improvement", dimana harus terus berinovasi
dan berimprovisasi dalam mengembangkan produktivitas, dengan. Waktu yang lebih
cepat, kualitas lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Ada beberapa hal
lain yang ia pegang teguh, juga yakni "Hand on/down to earh" dimana
sikap adalah tindakan nyata kita. "Janganlah menghabiskan waktu sia-sia,
lakukan dengan selalu mendengarkan serta terlibat di dalamnya", ujarnya
pada Tionghoanews.con. Integrity, yaitu menjungjung tinggi nilai kejujuran dan
accountability. Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim yang saling
melengkapi untuk ke arah kemajuan bersama sesuai dengan tujuan awal.
Selanjutnya adalah memaknai people, planet, profit, yakni apapun usaha yang
dilakukan, pertama adalah untuk memakmurkan masyarakat, untuk kelestarian dunia
dan juga tidak terlepas pada laba yang akan diperoleh.
Catatan kekayaan Sukanto Tanoto
bersihnya ditaksir mencapai 2,8 miliar dollar AS dengan menduduki peringkat 5
sebagai orang terkaya di Indonesia dan menduduki peringkat 418 sebagai orang
terkaya di Dunia versi majalah Forbes tahun 2012 yang lalu. Pria yang kini
bertempat tinggal di Singapura ini memiliki aset hingga 12 miliar dollar AS.
Suaknto Tanoto Menikah dengan Tinah Bingei Tanoto dan memiliki empat orang
anak. Ia suka mendengarkan musik klasik yang ringan.
Latar
belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung: SD Van Lith, Jakarta (1975), SMP
Van Lith, Jakarta (1978), SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981), Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987), Executive IPPM (MBA; 1993).
Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16
Juni 1962 dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan
zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Ayahnya, yang
berdarah Batak, berasal dari Sibolga. Sedangkan ibunya, Halimah, yang berdarah
Sunda berasal dari Cibadak, Sukabumi. Chairul berada dalam keluarga bersama
enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa
tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan
tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar
losmen yang sempit.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA
Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan
ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat
Nasional 1984-1985.
Pekerjaan yang dilakukan Chairul berbeda
jauh dengan disiplin ilmu yang ditekuninya di bangku kuliah. Ketika menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981, Chairul mengalami kesulitan
finansial untuk biaya kuliah. Saat itulah kemampuannya berbisnis diasah. Demi
memenuhi kebutuhan kuliah, ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku
kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto
kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan
kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi
bangkrut.
Selepas kuliah, ia mencoba membuka usaha
kontraktor tetapi kurang berhasil sehingga ia bekerja di perusahaan baja. Lalu,
ia pindah ke perusahaan rotan di mana ia bertemu dengan tiga orang rekan dan
mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak
untuk ekspor, dan Chairul beruntung usahanya kali ini menuai untung besar
karena perusahaannya mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu anak-anak dari
Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul
memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan
sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke
konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan,
properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman
yang kini bernama Bank Mega. Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para
Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father
holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global
Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan
Para Inti Propertindo (properti). Ia juga merambah ke bisnis sekuritas,
asuransi jiwa, dan asuransi kerugian. Pada sektor sekuritas, CT memiliki
perusahaan real estate dan membangun Bandung Supermall pada 1999.
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung
memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum
Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital
Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan
investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali
Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang
penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya
Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio. Walaupun persaingan
di industri pertelevisian semakin ketat, namun Chairul yakin Trans TV bisa
terus berkembang melihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6
triliun setahun dan 70% di antaranya akan diambil oleh televisi.
Khusus di bisnis properti, Para Group
memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar
rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business
District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group
melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour,
yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum
of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12
Maret 2010 di Perancis. Ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour
Indonesia didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S. Bimantoro
(mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
3.
Bob Sadino
Bob Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau
akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis
di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood
dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja
lengan pendek dan celana pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir
dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima
bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19
tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya
yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian
hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di
Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di
Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di
Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga
kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun
1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta
Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan
hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia
memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya
setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki,
ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan
kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk
memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu
hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob
memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika
beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan
ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup,
tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya,
setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun,
ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka
fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta,
di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki
pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri,
memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari
pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut
perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia
selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang
pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun
sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga
menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses
selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus
yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang
nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap
peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran
seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada
diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan
banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak
segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob
tidak terlepas dari ketidaktahuannya
sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan
menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya
dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai
dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki
ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes terhadap
pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti
itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob,
kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu
berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti
sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai,
tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah
bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta
Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya
punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru
kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan
Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di
Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah
dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Suatu kali, mobil itu disewakan.
Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan
mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob
lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami
Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa
menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya
yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima
pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini
Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha
perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan
daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru,
Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob
menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100
ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob
menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu
hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun
tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob.
Alamat Rumah:
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Alamat Kantor :
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan Telp: 793618
4.
Reza Nurhilman
(AXL)
Tokoh yang Sukses memanfaatkan marketing melalui media Jejaring Sosial
Biodata Owner Maicih :
1) Nama : Reza Nurhilman
2) Panggilan : Axl
3) TTL : Bandung, 29 September 1987
4) Alamat : Jl.Padaringan 40 A, Kompleks KPAD,GegerKalong,
Bandung
5) Pendidikan : SMPN 1 Cimahi 2002
SMAN 2 Bandung 2005
Univ. Kristen Maranatha , Jur Manajemen 2009
Profil Produk
1. Keripik singkong pedas ( level 3,5,10)
2. Baso Goreng
3. Gurilem
4. Seblak
Profil Bisnis
Dengan Tagline : “ For Ichiher With Love “ maicih ingin tampul dekat dengan para penggemarnya, selalu memanjakan penggemarnya di seantero nusantara dengan cita rasa yang berkualitas.
Awal Usaha :
·Dimulai pada pertengahan 2010
·Dengan modal 15 juta
·Produksi 50 bungkus per hari
·Varian awal yang keluar keripik dan gurilem
·Memproduksi level 1 sampai level 5
·Dipasarkan dengan cara kelililing
Maicih Masa Kini
·Membuat varian sampai level 10
·Demand konsumen sangat tinggi
·Kapasitas produksi hingga kini 2000 bungkus / hari
·Omset per bulan 800 – 900 Juta ( ± 30 jt / day )
·Memiliki 20-an jenderal as a marketer
·Pemasaran di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, dll melalui jenderal
·Pegawai Produksi yang dimiliki 30-an
Belum genap setahun, 'keripik setan'
bermerek Maicih menjadi ikon jajanan yang fenomenal di Bandung. Bak tersihir,
saat ini banyak orang yang penasaran akan cemilan pedas yang satu ini. Sosok
dibalik kesuksesan Maicih adalah Reza Nurhilman atau yang akran disapa Axl.
Laki-laki berumur 23 tahun inilah yang menemukan resep keripik dari seorang
nenek-nenek.Axl bertemu sosok emak-emak (Nenek-nenek ) yang memang
mempunyai resep keripik lada atau keripik setan yang rasanya enak. Sosok
emak-emak tersebut bukan bernama Maicih. Axl sendiri membuat nama tersebut agar
lebih nyeleneh dan mudah diingat orang. Sosok emak-emak ini identik dengan
ke-icihan. Dia pake selalu pakai ciput. Nama aslinya bukan Mak Icih, biar
nyeleneh saja jadi beri nama Maicih. Pertemuan Axl dengan Si Emak tersebut
terjadi sekitar 3 tahun lalu di daerah Cimahi. Menurut Axl, Emak tersebut tidak
menjual keripik setannya secara komersil. Keripik hanya diproduksi saat
momen-momen tertentu saja. Sehingga pada tahun 2010.
Kunci sukses pada bisnis yang dilakukan
Axl adalah terletak pada bagaimana cara dia berfikir “out of the box” . hal ini
ternyata ampuh dilakukannya terbukti dengan usaha yang ia jalani sekarang
sangat menjadi bahan perbincangan di kalangan anak muda. Orang penasaran ingin
mencoba apa itu maicih, yang digembar-gemborkan orang di twitter. Axl suskses
karena berkat ketekunan dan keyakinan nya akan bisnis yang ia jalankan. Menjadi
sukses adalah kewajiban dan hak setiap orang. Suskes tidak mungkin datang
sendiri , tetapi melalui sebuah perjuangan yang gigih pantang menyerah. Suatu
kegagalan itu adalah sangat wajar , orang mengalami kegagalan belum berarti dia
menjadi orang yang gagal total, namun sesungguhnya ada hikmah dibalik semua itu
yaitu Keberhasilan.
5.
Yohanes Auri
Yohanes Auri adalah seorang pemuda yang
merintis wirausaha beromset milliaran rupiah di bidang desain grafis. Yohanes
Auri lahir di Jakarta pada 8 Februari 1985. Beliau adalah alumni
Universitas Bina Nusantara (BINUS) dengan jurusan Desain Grafis
jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Wirausaha yang
dirintisnya sejalan dengan disiplin ilmu yang Auri dapat saat kuliah. Hal ideal
seperti ini jarang dilakukan oleh kebanyakan pemuda lain yang hanya bisa jadi
pekerja kantoran atau wirausaha yang tidak sesuai kompetensinya. Dan yang lebih
hebat lagi adalah Auri memulai wirausahanya dari kamar tidurnya.
Keahlian, kerja keras, dan strategi
bisnis yang tepat mampu menghantarkan seseorang pada kesuksesan. Itulah yang
kini dicapai Yohanes Auri. Ia yang mampu menjadi
miliarder muda melalui usaha jasa desain grafis berbendera PT Flux Asia
Solusindo.
Ketekunan dan citarasa seni tinggi
mengantar Yohanes Auri menjadi wirausahawan sukses diusia muda. Keikutsertaan
pada ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2010 menjadi
titik tolak pengembangan usaha jasa desain grafis yang dirintisnya sejak bangku
kuliah.
Usia belia tidak menghambat seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemampuan mengasah keahlian, kerja keras, dan strategi bisnis yang tepat, seorang anak muda bisa saja mereguk sukses dalam bisnis.
Usia belia tidak menghambat seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemampuan mengasah keahlian, kerja keras, dan strategi bisnis yang tepat, seorang anak muda bisa saja mereguk sukses dalam bisnis.
Salah satunya adalah Yohanes Auri yang
berhasil mengibarkan PT Flux Asia Solusindo. Hanya dalam kurun waktu lima
tahun, sang pemuda yang usianya belum genap kepala tiga ini sudah bisa
menggemukkan omzet usaha jasa desain grafisnya hingga miliaran rupiah.
PT Flux Asia
Solusindo
– disingkat Flux Design – merupakan usaha yang bergerak di bidang desain
grafis. Jasa yang diberikan antara lain pembuatan annual report, kalender,
company profile, multimedia animation, corporate identity, web design,
editorial design, dan branding.
Hingga saat ini Auri sudah memiliki
duaratusan klien korporasi. Di antaranya, BII, BNI, Bank of China, Bank of
Tokyo, Bank Sumitomo (BSMI), Asuransi Jasindo, Adira Insurance, Avrist
Assurance, Erdikha Sekuritas, NISP Sekuritas, Agung Podomoro Group, Adhi Realty
Group, Menara MTH, LEADS Property, Procon Indah, BP Migas, Pertamina, Astra
Agro, dan Tjokro Group.
Dengan
portofolio klien yang banyak dan berkelas itu, Auri optimistis bisa
melipatgandakan omzetnya tahun ini. “Tahun lalu hanya satu digit (miliar), tahun
ini harapannya bisa dua digit,” katanya. Menjelang akhir tahun seperti
sekarang, pesanan desain dan cetak kalender korporasi sudah berdatangan.
Memulai
Wirausaha Desain Grafis dari Kamar Tidur
Kreativitas bisa lahir di manapun, tak
terkecuali di kamar tidur. Inilah yang dialami Yohanes Auri, finalis nasional
WMM 2010 asal Jakarta. Kamar tidur di rumahnya yang berlokasi di Meruya Ilir,
Jakarta Barat, menjadi saksi bagaimana pria kelahiran 8 Februari 1985 itu
berjuang merajut mimpi.
“Salah satu rumus saya dalam memulai
usaha yaitu mulailah dari posisi dimana kita berada. Lantaran waktu itu saya
hanya punya sebuah kamar yang dijadikan studio desian dan satu komputer butut,
ya saya mulai dengan itu,” ujar Auri, sapaan akrabnya, kepada SINDO, akhir
pekan lalu.
Saat itu, tahun 2004, Auri masih duduk
sebagai mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Bina
Nusantara Jakarta. Berbekal satu unit komputer di kamarnya, setiap hari Auri
mengotak-atik piranti lunak (software) yang biasa digunakan untuk desain
grafis. Dari kebiasaan itu, Auri membulatkan tekad membuka usaha jasa desain
grafis.
“Masalah terbesar kalau mau memulai
bisnis, orang selalu merasa dirinya tidak bisa, masih terlalu muda, atau tidak
ada modal. Saya berusaha mematahkan bermacam alasan dan ketakutan itu dengan
memaksimalkan taste desain yang saya punya,” ucapnya.
Kesuksesan Auri tidak didapat dengan
mudah. Dia merintis usaha ini sejak kuliah Desain Komunikasi Visual di
Universitas Bina Nusantara, Jakarta. “Sejak kuliah saya sudah menjadi
freelancer desain, dapat klien pertama tahun 2004. Ada teman yang pesan logo
kafe, honornya waktu itu Rp 8 juta,” kata anak pertama dari tiga bersaudara
ini.
Sambil kuliah, Auri menggarap pesanan
desain di kamarnya yang berukuran 4×4 meter. Komputer yang digunakan pun masih
komputer tabung berprosesor Pentium III. “Saya bukan dari keluarga berada.
Tidak mungkin minta orangtua untuk membeli komputer canggih,” kata Auri yang
anak pemilik toko suku cadang ini.
Di sela kesibukan kuliah, Auri lantas
menjadi freelancer yang menawarkan jasa desain grafis, seperti pembuatan logo,
brosur, dan company profile. Tak hanya di kampus, Auri juga bergerilya
menelepon satu persatu perusahaan dengan harapan calon klien tertarik
menggunakan jasanya. “Kerjaan apapun saya ambil yang penting bisa ngumpulin
portofolio dulu,” kenangnya.
Auri menamai usaha pertamanya dengan
nama “Flux Design” yang berkantor secara lesehan di kamar tidur rumahnya. Flux
bermakna perubahan terus menerus ke arah yang lebih baik. Filosofi inilah yang
dianut Auri dalam membesarkan usaha yang dirintis sendirian itu.
6.
Basrizal Koto
Basrizal Koto (lahir di Pariaman,
Sumatera Barat pada tahun 1959) adalah pengusaha sukses dari Sumatera Barat,
Indonesia. Basrizal atau yang biasa disebut Basko sukses berbisnis di banyak
bidang, seperti: media, percetakan, pertambangan, peternakan, perhotelan
properti, dan.
Basko
lahir di desa Field, Pariaman dari pasangan Ali Absyar dan Djaninar. Masa
kecilnya sangat pahit, yang Basko merasa hanya makan sekali sehari, di mana
untuk makan sehari-hari ibu harus meminjam beras ke tetangga. Ayahnya bekerja
sebagai buruh tani yang mengolah gabah. Karena hidup sulit, ia meninggalkan
ayahnya yang pergi bermigrasi ke Riau. Sang ibu telah memanggil ketabahan dalam
menghadapi kehidupan selalu hati Amak imprint.
Meski sempat di sekolah sampai kelas
lima, kisah para pengusaha sukses
ini akhirnya menyimpulkan bahwa kemiskinan harus diperangi tidak untuk
dinikmati. Izin dari ibunya, ia juga memilih untuk pergi merantau ke Riau
dibanding bersekolah. Sebelum pergi, ia mengatakan kepadanya untuk menerapkan 3
K dalam hidup, yang sangat pandai berkomunikasi, manfaatkan peluang dan
kemungkinan, serta bekerja dengan komitmen yang tinggi. 3 K yang ia diterapkan
dalam bisnis. Hal pertama yang ia lakukan adalah datang ke terminal luar negeri
setelah fajar untuk mencari pekerjaan untuk menjadi konduktor. Berkat
kemampuannya berkomunikasi, maka hari pertama dia mampu membantu pengemudi
oplet. Ketika Anda pertama kali menjadi konduktor, ia bekerja siang dan malam
untuk memungkinkan rumah sewa menyewa untuk menampung keluarga.
Perjalanan
Bisnis kisah para pengusaha sukses
Basko akal dan visioner yang memulai
bisnis dengan menjual pisang. Meskipun tidak ada uang tetapi dengan
kepercayaan, pete yang belum dibayar dibawa ke restoran Padang dan dijual
dengan perbedaan harga yang lebih tinggi. Hidupnya penuh warna dan keinginan untuk
mengubah nasib dirinya mencoba berbagai profesi mulai dari konduktor, driver,
pembangun, penjahit sampai menjadi dealer mobil.
Terampil komunikasi, jaringan, menepati
janji, dan menjaga kepercayaan akhirnya membawa kesuksesan untuk menaklukkan
kemiskinan, membangun kerajaan bisnis, dan menciptakan lapangan kerja. Jumlah
perusahaan yang manajemen kini telah mencapai 15 perusahaan, dan sejak 2006 dia
juga terjun ke bisnis pertambangan batu bara di Riau, menyediakan TV kabel dan
layanan internet di Sumatera.
Beberapa perusahaan yang masuk Grup MCB
miliknya adalah PT Basko Minang Plaza (pusat perbelanjaan), PT Cerya Riau Diri
Printing (CRMP) (pencetakan), PT Cerya Zico Utama (properti), PT Jaya Bastara
Muda (tambang batubara), PT Riau Agro Mandiri (penggemukan, impor dan ekspor
ternak), PT Agro Mandiri Riau Perkasa (pembibitan, pengalengan daging), PT
Indonesian Mesh Network (TV kabel dan Internet), dan PT Hotel Best Western dan
sekarang berganti nama menjadi Premier Basko Hotel Padang. Dia juga memiliki
anak. Premier Basko Hotel Padang sebuah hotel bintang lima terdiri dari 180
kamar yang beroperasi di Padang, Sumatera Barat. Proyek yang saat ini sedang
berlangsung bersama dengan kota Pekanbaru Superblok Kota Riau Riau Hijau
terletak di jantung kota Pekanbaru berdiri di lahan seluas 2 hektar dengan
konsep superblok yang terdiri dari 7 lantai dan 3 Centre Tower Shopping masing
Tower Apartment , Tower Condotel / Condominium Hotel dan Office Tower 1.
7.
Bong Chandra
Sebuah Sukses Pengusaha Muda
sebagai Pengembang Properti. Pada usia 22 tahun, Bong Chandra telah berhasil
membangun perumahan pertama proyek 5 hektar dengan nilai investasi Rp 180
miliar. Ia juga seorang penulis dan seorang Bestseller Motivator yang telah
diundang untuk memberikan motivasi Perusahaan Terbesar di Dunia pada tahun 2009
(versi Frotune 500). Pada tulisan ini, Bong Chandra telah memberikan motivasi
kepada lebih dari 2 juta orang di seluruh Indonesia.
Bong Chandra adalah anak kedua dari tiga
bersaudara, lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987. Bong Chandra lahir di sebuah
keluarga sederhana dan segala sesuatu selalu terpenuhi. Sejak kecil sampai SMA
tidak ada prestasi yang telah dicapai Bong chandra. Dia sebelumnya adalah
inferior dan tidak memiliki banyak teman, kecilnya, dan menderita penyakit asma
membuatnya merasa lebih kecil. Dia juga tidak pernah mendapatkan piala 1
meskipun, dan tidak pernah memenangkan perlombaan dan kompetisi.
Hal ini lebih diperparah ketika krisis
ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998. Pada saat itu, keluarga Bong Chandra
kebangkrutan. Awalnya Bong Chandra tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia mulai
menyadari ketika melihat sendiri dipasang pengumuman bahwa rumah ini “TERJUAL”.
Situasi menjadi semakin buruk ketika keluarganya harus berutang ribuan dolar
untuk membayar kuliah pengusaha muda yang sukses
ini.
Situasi ini sangat sulit untuk
benar-benar membentuk Bong Chandra menjadi seorang pemuda yang lebih kuat
daripada usianya. Pada usia 18 tahun, Bong Chandra memulai usahanya dengan
teman – teman. Dalam bisnis perintis saat itu, Bong Chandra banyak mendapatkan
hinaan dan comooh dari orang di sekitarnya. Dengan sepeda motor babak belur, ia
terus merintis hari kerja dan malam. Pergi keluar kota saja, naik dalam ransum
yang sangat sederhana untuk makan siang hanya $ 1.200. Hujan dan panas biasanya
diderita oleh Bong Chandra.
Penolakan – penolakan yang dihadapi oleh pengusaha muda yang sukses
ini membuatnya tumbuh menjadi lebih kuat. Orang-orang yang meremehkan dan
menolaknya sebelum benar-benar melemparkan kayu ke dalam bara api pembakaran.
Alih – agak turun, Bong Chandra harus merasa tertantang untuk membuktikan
kepada mereka yang meragukan. Sekarang Bong Chandra telah terbukti prestasi
yang luar biasa bagi orang – orang yang digunakan untuk memiliki keraguan.
Saat
ini Bong Chandra telah memimpin enam perusahaan dan mengawasi karyawan staf
250, antara lain, PT. Triniti Pioneer Property, PT. Bong Chandra Sukses Sistem,
PT. Gratis Cuci Mobil Indonesia, dan PT BC Kuliner Indonesia. Bong Chandra juga
merupakan Pengembang yang juga telah selesai membangun bernama Ubud Perumahan
Desa di wilayah Jakarta Selatan 5,1 hektar dengan investasi sebesar Rp 180
miliar.
Bong Chandra juga penulis Kekayaan Best
Seller terbatas yang saat ini terjual hampir 100.000 eksemplar. 100% dari
penjualan buku akan royati dsumbangkan ke Vincent Yayasan Jakarta Pusat, selain
Bong Chandra juga menulis buku lain berjudul The Science of Luck yang juga Best
Seller.
Dia
juga memberikan motivasi kepada lebih dari 2 juta orang di TV ONE. Seminar
selalu dihadiri oleh ribuan orang, sejak awal 2010, Bong Chandra telah
mengadakan seminar 10x masing2 3000 orang menghadiri.
Pada tahun 2009 pengusaha muda yang sukses ini
diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar di Dunia (versi
Fortune 500). Bong Chandra juga telah diundang oleh beberapa perusahaan seperti
Shell, Bank BRI, Bank Mandiri, Panin, Commonwealth, Yamaha, Ciputra Group, PLN,
Gramedia, Prudential, Sunlife, CNI, TVS Motor, TVI, Real Estate Indonesia, dan
masih banyak lagi .
8.
Sandiaga Salahuddin Uno
Pemegang
saham PT Adaro Energy Tbk, yang juga presiden direktur PT Saratoga Investama
Sedaya yang dimasukkan dalam urutan 58 dari 150 orang terkaya di tahun 2009
Globe Asia. Pengusaha sukses sebelum usia 40 tahun ia menjabat sebagai ketua
Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk periode 2005-2008, aktif di
Kamar Dagang Indonesia dan Industri (Kadin), anggota KEN (Komite Ekonomi
Nasional) dan Bendahara ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).
Sandiaga
Salahuddin Uno lahir di Rumbai, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Pria yang kerap
disapa Sandi ini adalah anak Henk pasangan dan Mien R Uno. Sebelum dikenal
sebagai seorang pengusaha sukses, seperti sekarang, Sandi memajukan karirnya
sebagai seorang pekerja kantor. Setelah lulus dari Wichita State University,
Amerika Serikat, dengan pujian summa cum laude, pada tahun 1990 ia mendapat
kepercayaan dari perintis William Soeryadjaja Astra Group untuk bergabung
sebagai karyawan Bank Summa. Itu adalah awal dari sejarah bekerja dengan
keluarga taipan.
Tahun baru kerja, ia mendapat
beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika
Serikat dan lulus dengan IPK 4,00 kumulatif. Kemudian, pada tahun 1993 ia
bergabung dengan Investasi Seapower Asia Limited di Singapura serta manajer
investasi di MP Grup Holding Limited sejak tahun 1994. Setahun kemudian, ia
pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat sebagai Wakil Presiden
Eksekutif.
Menghasilkan
ketika mencapai US $ 8.000 per bulan. Sayangnya, keberhasilan menikmati baru
tiga-tahun di topping perusahaan, ia harus rela tersingkir dari kursi dari
badai krisis moneter pada tahun 1998 empuknya yang menyebabkan NTI Resources
Ltd bangkrut. Semua susah payah tabungan diinvestasikan di pasar saham juga
membantu terdampar oleh runtuhnya pasar saham global.
Tidak
menguntungkan kondisi pertumbuhan yang membuatnya tidak mungkin lagi untuk
terus bertahan di tanah sehingga ia memutuskan untuk kembali ke negara itu.
Sesampainya di Indonesia, karena tidak mampu membayar sewa, dia terpaksa pindah
dengan orang tuanya. Situasi dibuat hampir putus asa.
Di
tengah kegamangannya, ia mulai berpikir bahwa dia tidak ingin menjadi seorang
karyawan lagi karena tidak bisa mandiri secara finansial. Krisis moneter yang
parah yang melanda perekonomian dunia yang akhirnya menyebabkan keinginannya
untuk mencoba dunia kewirausahaan.
“Sebagai
pengusaha, saya akan lebih mandiri secara finansial daripada menjadi seorang
karyawan,” katanya. Karir Noor Asiah suami sebagai pengusaha dimulai pada tahun
1997 dengan mendirikan sebuah perusahaan penasehat keuangan disebut PT
Recapital Advisors ia mulai dengan teman SMA-nya, Rosan Roeslani.
Sejak
itu, Sandi mulai mempelajari seluk beluk bisnis. Orang yang paling bertanggung
jawab atas naluri bisnisnya yang diasah William Soeryadjaya. Paman Will,
sehingga ia digunakan untuk menyambut orang keturunan Tionghoa, “Saya masih
ingat, ia sering duduk bersama-sama (William Soeryadjaja, Ed.) Kami membahas
waktu yang lama, bisa berlangsung berjam-jam. Semangat Wirausaha sangat
tangguh,” kenangnya . William tidak ada bisnis untuk berbagi pengetahuan sandi
pelit.
Pada
tahun 1998, ia bekerja sama dengan salah satu dari anak-anak William Edwin
Soeryadjaya untuk mendirikan sebuah perusahaan investasi bernama PT Saratoga
Investama Sedaya. Lini bisnis termasuk produk pertambangan, telekomunikasi dan
kehutanan. Saratoga memiliki saham besar di PT Adaro Energy Tbk, terbesar kedua
batubara perusahaan di Indonesia, yang memiliki cadangan sebesar 928 juta ton
batubara. Hubungan jaringan Bersenjata dengan perusahaan dan lembaga keuangan
dalam dan luar negeri, Sandi mulai menjalankan bisnis barunya.
Usahanya adalah untuk mengumpulkan
modal investor untuk mengakuisisi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Dia
membeli perusahaan yang berada di pagar dan berada dalam perawatan dari Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) – kemudian berubah menjadi Perusahaan
Pengelola Aset (PPA). Kemudian dijual kembali dengan nilai yang tinggi ketika
krisis kinerja perusahaan yang stabil dan menguntungkan. Dari alasan bisnis,
nama terjebak dan dikantonginya pundi-pundi dolar sandi. Ada 12 perusahaan yang
telah diambil alih. Beberapa perusahaan telah dijual, termasuk PT Citra Darmaja
Dipasena, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Hotel Grand Kemang, dan
PT Astra Microtronics.
Menurut
profil pengusaha muda sukses ini,
keterampilan untuk menjadi pengusaha harus dididik sejak kecil. Ia mencontohkan
pemenang Shell Penghargaan Pengusaha yang telah memulai bisnis ini sejak mereka
remaja. “Saya kagum dengan mereka. Bakat mereka harus dipelihara untuk kekuatan
ekonomi Indonesia di masa mendatang,” katanya. Dia melihat pengusaha Indonesia
berada dalam krisis.
Seiring
waktu, para Sandi bisnis yang berkembang pesat. Menggurita bisnisnya, mulai
pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Sandi Sukses semakin
terasa istimewa karena ia berhasil mencapai sukses di usia masih relatif muda.
Pada tahun 2009, namanya bahkan dalam daftar 150 orang terkaya Globe Asia. Di
antara mereka dalam daftar, ia merupakan salah satu pengusaha termuda di posisi
ke-58 dengan kekayaan US $ 220 juta atau sekitar Rp22 triliun.
9.
Iwan Sunito
Iwan Sunito adalah warga Indonesia yang
sukses membangun kerajaan bisnisnya di Australia. Lini usaha utamanya adalah
Crown International Holding Groups, sebuah perusahaan bidang properti,
spesialis membangun apartemen.
Iwan yang lahir dan besar di Surabaya,
Jawa Timur, memilih merantau pada 1984 untuk belajar arsitektur di Universitas
New South Wales Australia. Selepas kuliah, dia bekerja serabutan menggambar
desain gedung.
Dia mengaku, sejak kecil memang gemar
menggambar. Terkadang, tak dibayar pun Iwan tetap mengerjakan proyek desain
tersebut.
"Saya gambar proyek orang lain,
dibayar enggak dibayar tidak masalah, karena saya memang suka dengan
properti," ungkapnya di sela-sela acara Konferensi Diaspora Indonesia
ke-II, Senayan, Jakarta, Selasa (20/9).
Setelah periode serabutan, dia sempat
dua tahun bekerja di Cox Richardson Architects. Tugasnya menjadi tukang gambar
desain bangunan. Iwan sempat merasakan jenuh, karena karirnya terkesan mentok.
"Saya sempat merasa, ini 5 tahun
menggambar kok enggak ada dampaknya, tapi saya percaya satu hal, kerja keras,
lalu kerja cerdas. Saya jaga pikiran saya untuk tetap besar, cita-cita besar,
meski saya mulai dengan pekerjaan kecil," ungkap pria kelahiran Juli 1966
ini.
Pada
1994, dia memberanikan diri membuka usaha sendiri, yaitu Crown Group. Proyek
yang dia dapat adalah merancang hunian mewah di Kawasan Rose Bay, Sydney,
dengan kontrak 500.000 dolar Australia.
Dari situ Iwan pelan-pelan merintis
usaha propertinya semakin besar. Kerja kerasnya sekarang menuai hasil. Tahun
ini saja, dari Sydney, dia telah meraup laba Rp 15 triliun.
Masih
ada kesempatan meraup Rp 30 triliun tambahan dari proyek penggarapan apartemen.
Di Indonesia, Iwan bersiap membangun 4 apartemen dan gedung tinggi senilai Rp
100 triliun.
Crown
Group kini ditaksir memiliki total aset USD 3 miliar. Iwan mengaku dalam waktu
dekat ingin mengantar perusahaannya melantai di bursa Negeri Kanguru itu.
Soal kunci suksesnya, Iwan berpesan
bahwa sejarah hanya mengenal pemenang. Karena itu, dia memacu diri menjadi
orang nomor satu di bidang yang dia cintai yaitu properti.
"Enggak ada yang ingat orang kedua
mendarat di bulan. Pemenang pasti punya spirit tidak mudah menyerah," kata
pria yang memegang gelar S2 bidang manajemen konstruksi ini.
Kini Iwan membuktikan janjinya 'pulang
kampung' ke Indonesia lewat proyek di Jakarta yang sedianya mulai dijalankan
akhir tahun ini. Pria yang masih fasih berbahasa Jawa logat Suroboyoan ini
mengaku masih mencintai Indonesia walau mencari rezeki di Australia.
Kebetulan kakaknya, Nisin Sunito, juga
pengusaha sukses di negara itu. Bisnis saudara kandungnya adalah peternakan
sapi yang sangat besar.
Iwan dan Nisin saat ini ditawari
pemerintah untuk kembali ke Indonesia. Iwan mengaku sanggup dan akan
mengusahakan mencari koneksi agar pengusaha dalam negeri terbantu memasarkan
produk-produknya, terutama ke Australia.
"Kita ini bukan kabur dari
Indonesia, tapi menjaring koneksi ekonomi untuk Indonesia," tandasnya.
10.
Jakob Oetama
Dr (HC) Jakob Oetama (lahir di
Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81 tahun), adalah wartawan dan
salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia merupakan Presiden Direktur
Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia,
dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Jakob adalah putra seorang pensiunan
guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA (Seminari) di Yogyakarta, ia
mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP Van Lith Jakarta. Tahun
1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di Jakarta.
Jakob
kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan
Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong, yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.
Karir jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong, yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.
Pendidikan
SD, Yogyakarta (1945)
SMA Seminari, Yogyakarta (1951)
Sekolah Guru Jurusan B-1 Ilmu Sejarah, Jakarta (1956)
Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1959)
Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada (1961)
SD, Yogyakarta (1945)
SMA Seminari, Yogyakarta (1951)
Sekolah Guru Jurusan B-1 Ilmu Sejarah, Jakarta (1956)
Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1959)
Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada (1961)
Pengalaman
Bekerja
Guru SMP Mardijuwana, Cipanas (1952-1953)
Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor (1953-1954)
Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954-1956)
Redaktur Mingguan Penabur (1956-1963)
Ketua Editor majalah bulanan Intisari
Ketua Editor harian Kompas
Pemimpin Umum/Redaksi Kompas
Presiden Direktur Kompas Gramedia
Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Guru SMP Mardijuwana, Cipanas (1952-1953)
Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor (1953-1954)
Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954-1956)
Redaktur Mingguan Penabur (1956-1963)
Ketua Editor majalah bulanan Intisari
Ketua Editor harian Kompas
Pemimpin Umum/Redaksi Kompas
Presiden Direktur Kompas Gramedia
Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Karya
Tulis
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM tahun 1962)
Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001)
Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Bersyukur dan Menggugat Diri (Penerbit Buku Kompas, 2009)
Keanggotaan Organisasi
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Anggota DPR Utusan Golongan Pers
Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia
Anggota Dewan Penasihat PWI
Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar.
Jakob Oetama telah banyak berbagi pengalaman untuk para wirausahawan yang ada di tanah air, sehingga banyak orang yang sukses karena mengadopsi semangat perjuangan beliau.
Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM tahun 1962)
Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001)
Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Bersyukur dan Menggugat Diri (Penerbit Buku Kompas, 2009)
Keanggotaan Organisasi
Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Anggota DPR Utusan Golongan Pers
Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia
Anggota Dewan Penasihat PWI
Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar.
Jakob Oetama telah banyak berbagi pengalaman untuk para wirausahawan yang ada di tanah air, sehingga banyak orang yang sukses karena mengadopsi semangat perjuangan beliau.